Rabu, 03 Juni 2009


Wisuda Periode I tahun 2009
Universitas Negeri Semarang






selamat..selamat..selamat... banyak ucapan yang dilontarkan waktu itu tepatnya tanggal 6 mei 2009. sungguh bahagia merasakanya sebagai kado orang tua atas kepercayaan yang telah diberikan kepadaku melanjutkan studi S1. sekarang tinggal membalas semua yang telah di berikan orang tua dengan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dan layak.. amin....
selamat berjuang temanku.... semoga ilmu yang telah kau dapatkan dapat berguna kelak....

Munggah Gunung Ungaran
Semarang






kegiatan ini juga merupakan acara rutin dari mata kuliah Pendidikan rekreasi.... sebagai ujian akhir,mahasiswa di dampingi dosen mendaki gunung ungaran. start pemberangkatan jam 20.00 tiba di puncak sekitar jam 1 pagi.... esoknya melihat sunrise dari puncak gunung dilanjutkan turun gunung finish di objek wisata gedong songo semarang... kesel2 ana dangdutan,ya wis melu sawer bae... goyang trs.... hehehehe....

ARUM JERAM
in Magelang






kegiatan rutin mata kuliah Pendidikan rekreasi, selain kegiatan kuliah di kampus juga lebih sering kegiatan di luar kampus...
sungguh mengasyikan mengikutinya.... satu perahu 6 orang berlomba sekitar 25 km dari magelang.. kayuh mengayuh dayung di derasnya air sungai elo dengan bebatuan yang besar.... mahasiswa dan dosen menyatu mengikuti kegiatan tersebut bahkan tak sungkan2 untuk saling tabrak dan menarik teman dari perahu yang berbeda demi satu kepuasan yakni menceburkannya... apalagi kalau teman yang jatuh dari perahu mereka yang tidak pandai berenang,mesti akan kebawa arus sungai.... hahahaha... kasihan juga....
sungguh pengalaman kuliah di fakultas ilmu keolahragaab unnes yang menyenangkan dan penuh kebersamaan...

PPL SMP Negeri 2 Semarang 2007










PPL di SMP negeri 2 Semarang bersama 15 teman dari berbagai jurusan dan fakultas di UNNES.
Joko n Tere (seni musik), Moeji n widy (Bhs. Inggris), Yuni n Mirna (Bhs. Indonesia), Rony n Ekha (Geografi), Ken, Ita, Erna N Yuli (Matematika), Toeti n Siti Zaroah (Biologi), aq n Evi (PJKR).
semoga sukses selalu teman2ku.... berjuanglah demi masa depan...

KKN PBA (Penuntasan Buta Aksara) UNNES 2007
di desa Krandegan kecamatan Paninggaran
Kabupaten Pekalongan.








selesai upacara pemberangkatan kukayuh kuda besiku menuju pekalongan yang memakan waktu 2 jam, tiba di pendopo kabupaten pekalongan disambut oleh Bupati pekalongan... setelah itu menuju kecamatan paninggaran... wah, ternyata perjalanan saya dan teman2 menuju kecamatan paninggaran jauh juga kira2 1,5 jam dengan di temani jalan aspal menanjak dan hutan pinus yang lebat... tak bisa kubayangkan ternyata masih ada daerah seperti ini.... dengan di guyur gerimis sampai2 di perjalanan banyak peristiwa yang terjadi dari ban bocor (temanku) dan salah satu teman (winaryo) jatuh ngglusur dari motornya... ih,mengerokan juga...
sesampai di desa kami disambut oleh pak kades, pamong n beberapa warga...
40 hari di krandegan tak menjadi kami bosan atau stres karena tempatnya jauh dari kota.. disana kami merasakan ketenangan dengan WB (warga Belajar) kami...
dalam hati saya berpikir "wah,lucu juga mengajari bapak2 n ibu2 menulis,membaca dan berhitung" sungguh senang hati kami jika ilmu tersebut dapat berguna kelak buat bapak2 n ibu2... tugas selesai waktunya untuk kembali ke universitas negeri semarang.. rasa haru menyelimuti perpisahan kami yang seolah-olah kami tidak akan bertemu lagi dengan warga disana... trenyuh hatiku tak tega meninggalkan para warga... kami diberi oleh2 hasil bumi desa tersebut (salak,pisang,kerupuk antor, pete dll) sampai kami bingung cara membawanya...
sebuah pengalaman dan perjalanan hidup yang tak mungkin terulang untuk waktu dan orang yang sama....



Selasa, 02 Juni 2009

Standar pembelajaran penjasorkes

Standar Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan



1 Standar Kompetensi Lintas Kurikulum
Standar kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk hidup
dan belajar sepanjang hayat yang dilakukan dan harus dicapai oleh peserta didik
melalui pengalaman belajar. Standar kompetensi lintas kurikulum meliputi:
(1) Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling
menghargai dan memberi rasa aman sesuai dengan agama yang dianutnya.
(2) Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan komunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain.
(3) Memilih, memadukan dan merancang konsep-konsep, teknik, pola, struktur
dan hubungan.
(4) Memilih, mencari, dan merapkan teknologi informasi yang diperlukan sebagai
sumber.
(5) Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup, teknologi dan
penggunaan pengetahuan, keterampilan, nilai untuk mengambil keputusan
yang tepat.
(6) Berpartisipasi, berinteraksi dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dalam
kontek budaya, geografis dan historis.
(7) Berkreasi dan menghargai karya artistik, budaya dan intelektual serta
menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju
masyarakat beradab.
(8) Berfikir logis, kritis dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang
untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
(9) Mununjukan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan
bekerjasama dengan orang lain.

Standar Kompetensi Bahan Kajian Pendidikan Jasmani Olahraga

dan Kesehatan :

a. Permainan dan olahraga

(1) Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk aktivitas permainan
dan berbagai cabang olahraga.
(2) Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai
permainan olahraga.
(3) Siswa memiliki apresiasi terhadap perilaku bermain dan berolahraga
yang termanifestasikan kedalam nilai-nilai seperti kerja sama,
menghargai teman, jujur dan adil.

b. Aktifitas pengembangan

(1) Siswa mampu melakukan berbagai aktifitas untuk membentuk postur
dan kondisi tubuh yang baik.
(2) Siswa memiliki konsep keterampilan berfikir dalam aktifitas
pengembangan terhadap kebugaran tubuh dan kondisi yang baik.
(3) Siswa merasakan manfaat dari pola hidup terhadap kesehatan dan
kondisi tubuh.

c. Uji diri atau senam

(1) Siswa mampu melakukan berbagai gerak ketangkasan.
(2) Siswa memiliki konsep keterampilan berfikir dalam berbagai gerak
ketangkasan.
(3) Siswa memiliki nilai seperti kedisiplinan, keberanian, rasa percaya
diri, keselamatn diri dan orang lain.

d. Aktivitas ritmik

(1) Siswa mampu melakukan gerakan tubuh sesuai irama.
(2) Siswa memiliki konsep berfikir dalam aktivitas ritmik.
(3) Siswa memiliki kepekaan keharmonisan dan kehalusan gerak.

e. Akuatik (air)

(1) Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk permainan dalam
air.
(2) Siswa memiliki kosep dan kemampuan berfikir tentang berbagai
aktifitas air. 27
27
(3) Siswa memiliki apresiasi terhadap keselamatan, kepedulian dan
kehalusan gerak.

f. Pendidikan luar kelas

(1) Siswa beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar.
(2) Siswa mengetahui pentingnya keterampilan hudup, pengalaman
hidup dilingkungan alam sekitar.
(3) Siswa memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar.

g. Pendidikan kesehatan

konsep pembelajaran

Konsep Pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)

1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antar individu dengan lingkunganya. Tingkah laku tersebut mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. (Husdarta, 2000:2)
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. (Max Darsono,2000
: 24)

2 Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan proses dari pembelajaran itu
sendiri, karena sebelum pelaksanaan pembelajaran terlebuh dahulu kita 20
20
rencanakan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Secara umum proses pembelajaran mencakup perencanaan, pelaksanaan atau
proses dan evaluasi. Dalam perencanaan pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) terlebih dahulu dilakukan pengembangan program Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mencakup pengembangan program tahunan,
program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan, program
harian, program pengayaan atau remidial serta program bimbingan dan konseling
(E Mulyasa, 2006:249).

3 Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan
agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya
pelaksanaan belajar mencakup tiga hal yaitu pretest, proses dan postest (E
Mulyasa, 2006:255).

4 Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi KTSP dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan,
sertifikasi, benchmarking (standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan,
proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan) dan
penilaian program (E. Mulyasa, 2006:258).

latihan kelompok olahraga khusus

LATIHAN UNTUK KELOMPOK-KELOMPOK OLAHRAGA KHUSUS

OLAHRAGAWAN WANITA

  1. Karakteristik Fisiologis Olahragawan Wanita

Meskipun terjadi peningkatan dramatis dalam peran serta olahraga oleh wanita, perbedaan penampilan antara pria dan wanita cenderung tetap berlangsung.

Perbedaan jenis kelamin secara fisiologis yang terpenting terletak pada ukuran tubuh, komposisi tubuh dan fungsi jantung.

Ukuran tubuh dan kekuatan otot.

Setelah berusia 13 tahun pria cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari wanita. Pada orang dewasa rata-rata pria lebih tinggi 5 inci dan lebih berat 30-40 pon dari rata-rata wanita (Wilmore,1982). Wilmore melaporkan bahwa nilai kekuatan gabungan adalah 30-40% lebih besar pria dari pada wanita. Bagaimanapun sebagian perbedaan tersebut disebabkan oleh kekuatan tubuh wanita bagian atas yang jauh lebih rendah. Kekuatan tungkai cenderung hampir sama pada wanita dan pria.

Komposisi tubuh

Selama akhil balig wanita cenderung untuk menambah lemak, pada orang dewasa rata-rata presentase lemak 25% untuk wanita dan 15% untuk pria.

Fungsi jantung

Fakta-fakta menunjukan rata-rata wanita untuk pengangkutan oksigen lebih rendah dari pada pria, wanita menunjukan konsentrasi hemoglobin darah yang lebih rendah dari pada pria dan mereka cenderung memiliki jantung yang lebih kecil.

  1. Haid dan Latihan

Antara usia haid pertama (11-15 tahun) dan menopause (40-55 tahun) rata-rata wanita mengalami siklus haid tiap 28 hari. Ada anggapan bahwa potensi olahragawan wanita dalam latihan menjadi lemah selama periode haid. Penelitian menunjukan bahwa respon-respon fisiologis terhadap olahraga selama siklus haid sangatlah berbeda pada wanita yang berlainan. Bukti yang ada menyatakan bahwa kebanyakan wanita seharusnya dan bertanding dengan normal selama siklus haid. Namun sebagian wanita mengalami penahanan dan kejang perut sebelum haid dan selama siklus. Olahragawan tersebut mungkin membutuhkan pengurangan atau pengubahan latihan selama waktu tersebut. Jika olahragawan wanita tidak mengalami kesulitan semacam itu, mereka harus dianjurkan untuk mengikuti kegiatan olahraga secara penuh.

  1. Haid Yang Tidak Normal Pada Olahragawan.

Beberapa studi melaporkan banyak terjadi amenorrhea pada kelompok olahragawan seperti pelari jarak jauh, pesenam dan penari balet (Dale,dkk, 1979;Feicht,dkk,1978;Frish,dkk,1980). Apapun sebabnya , amonerrhea dalam olahraga merupakan suatu keadaan yang tidak fatal, yang dapat dihilangkan dengan pengurangan beban latihan.

  1. Kehamilan Dan Latihan

Perubahan secara fisiologis dan anatomis sehubungan dengan tingkat akhir kehamilan menghalangi/mengganggu keberhasilan dalam olaraga pertandingan. Bagaimanapun banyak wanita kembali bertanding setelah kehamilan dan mencapai penampilan terbaik perorangan. Kehamilan bukan merupakan akhir karir olahragawan.

OLAHRAGAWAN MUDA

  1. Pertumbuhan, Perkembangan Dan Penampilan Olahraga

Peningkatan ukuran tubuh yang terjadi selama masa kecil berhubungan dengan peningkatan fungsi-fungsi fisiologis yang berkaitan dengan latihan. Sebagai contoh, meningkatnya tinggi badan berhubungan dengan bertambahnya panjang tulang panjang tubuh. Tulang yang panjang akan membentuk "lengan pengungkit" yang panjang pula dan menghasilkan kelebihan mekanik dalam banyak ketrampilan olahraga.

Beberapa bukti menyatakan bahwa latihan bertebaga besar dalam waktu yang lama selama masa kanak-kanak dapat berpengaruh positif pada perkembangan susunan tubuh, penambahan mineral pada tulang dan ukuran otot serta fungsi kardiovaskuler.

  1. Melatih Olahragawan Muda.

Hal yang perlu di perhatikan apabila melatih olahragawan muda antara lain :

  1. latihan kekuatan tahanan yang tinggi harus dilakukan hati-hati pada anak-anak karena ada resiko cidera epifise, oleh karena itu pada anak-anak latihan kekuatan harus bertahap dan dengan hasil yang tidak terlalu memuaskan.
  2. bentuk latihan daya tahan dan pertandingan yang lebih ekstrim harus dihindari pada anak-anak.
  3. anak-anak yang sedang berkembang harus dilarang untuk melakukan pengukuran yang ketat untuk mengendalikan atau mengubah berat badan dan/atau susunan tubuh.
  4. pertandungan pada olahraga tertentu harus diatur sedemikian rupa untuk mensegah latihan individual yang berlebihan.
  5. harus diberikan perhatian yang besar dalam mengatur program olahraga adu tubuh bagi anak-anak.
  6. olahraga bagi anak-anak harus selalu dilakukan dengan pertimbangan jangka panjang mereka sebagai prioritas utama.

OLAHRAGAWAN TUA

  1. Proses Ketuaan Dan Penampilan Olahraga/Latihan

fungsi otot rangka

setelah usia 50 tahun tempo penurunan meningkat, namun bahkan pada usia 60 kekuatan masih bisa bertahan hingga 80-90% nilai maksimal yang dimiliki antara usia 20-30 tahun. (Montoye dan Lamphire, 1997).

Fungsi kardiovaskuler

Fungsi jantung cenderung menurun secara tetap seiring bertambahnya usia. Denyut jantung maksimal menurun mendekati suatu denyutan per menit tiap tahun dan dapat diperkirakan dari persamaan berikut:

Denyut jantung maksimal (denyut/menit) = 220 – usia (th)

Fungsi paru saat biasa dan saat latihan menurun seiring dengan proses ketuaan. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan dalam penyesuaian dindingrongga dada. Selama olahraga kapasitas membesarnya paru dan efisiensi pertukaran udara menurun pada orang tua. Oleh karena itu orang tua menghirup lebih keras pada beban olahraga submaksimal apapun disbanding orang muda.

Susunan tubuh. Ketuaan berhubungan dengan peningkatan berat badan dan berat lemak nyata. Berat tanpa lemak secara bertahap menurun, oleh sebab itu % lemak tubuh secara bertahap meningkat dengan bertambahnya usia.

Kapasitas kerja fisik. Tenaga dan kapasitas metabolic maksimal menurun dengan bertambahnya usia. Yang paling jelas tercatat adalah berkurangnya tenaga aerobic maksimal (VO2 maks) yang menurun sekitar 50% antara usia 25-75 (Hodgson & Buskirk, 1977) ini tampaknya disebabkan oleh penurunan pada kapasitas fungsi kardiovaskuler maupun kapasitas oksidasi jaringan otot rangka.

  1. Ciri Khas Olahragawan Yang Agak Tua

Penampilan dan kapasitas kerja fisik cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Mungkin saja penurunan kapasitas kerja fisik yang berhubungan dengan usia dapat sebagian besar disebabkan penurunan kegiatan fisik yang biasa dilakukan. Studi longitudinal dan antar bagian pada olahragawan yang lebih tua dan orang-orang yang berlatih secara teratur menunjukan dengan jelas bahwa penampilan tingkat tinggi dapat dipertahankan dengan baik sampai usia agak tua. Studi tentang olahragawan agak tua telah menunjukan secara konsisten bahwa orang-orang tersebut menunjukan tingkat kesehatan fisik yang sama atau melebihi tingkat kesehatan orang-orang santai yang beberapa dekade lebih muda.

  1. Melatih Olahragawan Tua

Program latihan seharusnya memusatkan perhatian pada kebutuhan kebugaran individual tiap olahragawan dan tuntutan fisik olahraga tertentu. Secara khusus olahragawan tua harus memperhatikan pemeliharaan kelenturan. Seiring bertambahnya usia jaringan penghubung tubuh cenderung kehilangan daya bentang. Karenanya otot menjadi kurang lentur dan daerah sendi berkurang. Hal ini secara negative mempengaruhi pada banyak olahraga dan memperbesar resiko cidera pada olahragawan tua.

  1. Tindakan Pencegahan Bagi Olahragawan Tua

Usia tua adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung koroner. Karena olahraga yang berat bisa berbahaya bagi olahragawan tua dengan penyakit jantung kroroner lanjut, pelatih harus yakin bahwa olahragawan tua telah diperiksa dengan teliti keadaan kardiovaskulernya.

Orang-orang di atas usia 60 tahun dianjurkan untuk menghindari olahraga adu tubuh dan kegiatan olahraga lain yang dapat menyebabkan cedera traumatic pada rangka.

OLAHRAGAWAN LEMAH ATAU CACAT

a. Perintah Membuat Undang-Undang.

Undang-undang federal meyakinkan bahwa orang-orang lemah dan cacat tidak dibedakan dalam pemrograman pendidikan dan rekreasi. Secara khusus dua undanmg-undang yang cukup lengkap, PL94-142, UU pendidikan bagi semua anak cacat tahun 1975, serta bagian 504 UU rehabilitasi tahun1973 (PL 93-112) menjamin hak-hak orang cacat. UU tersebut jelas telah mempengaruhi program pendidikan dan rekreasi dan mendorong perlakuan yang lebih manusiawi pada para penyandang cacat. Undang-undang tersebut menetukan bahwa sejauh dimungkinkan semua anak cacat harus diijinkan untuk ikut serta dangan teman sebayanya yang tidak cacat.

b. Memasukan Olahragawan Lemah Kedalam Program Olahraga Reguler

Olahragawan lemah atau cacat seharusnya diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan olahraga regular bilamana mungkin. Sering kali hal ini dapat dipenuhi tanpa perubahan besar pada program tersebut. Biasanya olahragawan lemah dapat lebih mudah dimasukan dalam olahraga perorangan dari pada regu. Banyak sekali orang-orang cacat telah dapat ikut serta dengan berhasil dalam berbagai bidang olahraga panahan, ski salju, gulat dan senam hanyalah merupakan sedikit kegiatan dimana mereka dapat iktu serta dengan berhasil aman. Dalam bekerja dengan mereka pelatih harus lebih memusatkan perhatian pada kemampuan mereka dari pada kekurangannya.

c. Program Olahraga Khusus Bagi Para Cacat.

Olahragawan cacat mempunyai pilihan untuk berpindah ke suatu olahraga yang membutuhkan tuntutan fisik yang lain mengikuti program olahraga khusus yang diubah agar dapat bertanding dengan aman dan berhasil. Oalhragawan cacat harus dibantu dalam mengevaluasi keterbatasannya secara realistis dan dalam memilih olahraga yang sesuai. Suatu program yang terkenal yaitu Olimpiade khusus yang disponsori oleh yayasan Joseph P. kennedy, jr. yang memberi pengalaman olahraga yang positif kepada orang-orang terbelakang mental. Juga asosiasi olahragawan tuna netra Amerika Serikat, asosiasi baseball nasional BEEP, asosiasi bola basket berkursi roda nasional, asosiasi atletik berkursi roda nasional (NWAA), dan asosiasi nasional olahraga bagi penyandang ceberal palsy (NASCP) telah mengembangkan program ekstensif bagi para olahragawan cacat.